PACITAN PENUH WISATA

PACITAN PENUH WISATA

Jumat, 04 Juni 2010

TPI


Dusun Wawaran pernah melambung dan mengharumkan nama Kabupaten Pacitan serta Jawa Timur, ketika Kelompok Nelayan Mina Upadi menjadi juara lomba Optikapi (optimalisasi penangkapan) tingkat nasional pada tahun 2005. Penghargaan juara pun diserahkan langsung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara. Atas prestasinya itu, kelompok nelayan yang berdiri tahun 1987 dan beranggotakan 65 nelayan tradisional tersebut mendapat hadiah perahu berukuran 25 Gross Tons (GT). Nelayan dusun Wawaran di Desa Sidomulyo, Kecamatan Kebunagung itu sepakat merancang dan membuat sendiri perahu hadiah lomba. Jenis perahu disesuaikan dengan keinginan nelayan dan kondisi laut selatan, maka dipilihlah perahu dengan jaring gilnet. Di dusun terpencil itu memang ada warganya yang berprofesi membuat perahu, dari kayu dan fiberglas. Perahu made in Wawaran sudah banyak diproduksi dan dikenal luas di berbagai daerah.
Lokasi Dusun Wawaran berhadapan langsung dengan Samudera Indonesia, panorama alamnya sangat menawan. Hamparan hutan bakau dan pohon nyiur di sepanjang pantainya, melengkapi eksotisme alam di teluk terpecil itu. Gelombang beriring menerjang karang setiap saat di salah satu sisi tebing terjalnya, melengkapi keindahan pantai Wawaran. Lautnya dalam berwarna biru, tidak jauh dari pinggir pantai tampak di bawah permukaan bongkahan batu karang yang timbul dan tenggelam dimainkan gelombang. Alur perairannya menjadi sempit sehingga perahu nelayan beresiko menabrak karang saat mereka pulang atau hendak melaut. “Kami sudah mengusulkan agar karang yang menghalangi alur dihancurkan. Tapi masih belum dikabulkan”, kata Pudjo, nelayan Wawaran. Untuk menghindari batu karang dan hempasan gelombang, warga dusun mensiasati dengan membentangkan seutas tali ratusan meter panjangnya. Tali yang melintang setinggi dua meter diatas permukaan air itu digunakan nelayan sebagai pengait agar perahu dapat bermanuver menghindari karang. Wawaran, hanyalah salah satu dari sedikitnya 12 lokasi pantai di Pacitan yang mempunyai keunikan, potensi wisata bahari dan layak menjadi Daerah Tujuan Wisata. (DTW).

Proyek Politis
Nelayan Wawaran seperti nelayan Pacitan umumnya tergolong nelayan one day fishing dan terbiasa mengoperasikan perahu 5 hingga10 GT. Wilayah operasinya berada di perairan pantai (in shore fishing). Hasil tangkapannya pun sebagian besar hanya untuk dikonsumsi sendiri, dan jika ada kelebihan baru dijual atau diolah secara tradisional. Walaupun mempunyai potensi tangkapan cukup besar, tetapi pemanfaatannya kurang dari 4 persen. Mereka terkendala kemampuan, skill dan modal. Jumlah nelayan di Pacitan tercatat sekitar 3000 orang, tersebar di tujuh kecamatan, masing-masing Donorejo, Pringkuku, Pacitan, Kebonagung, Tulakan, Ngadirejo dan Sudimoro dengan produksi ikan sebesar 435 ribu ton per tahun.
Harapan untuk dapat meningkatkan hasil produksi, awalnya sempat membakar semangat nelayan Wawaran ketika pertama kali melaut. Dengan perahu berukuran lebih besar serta dilengkapi teknologi penangkapan, mereka berharap banyak. Tetapi harapan memperbaiki nasib itu, seolah tenggelam, kandas ditelan ganasnya ombak laut selatan. Perahu kebanggaan itu tidak mampu mengarungi Samudera Indonesia. Bukan karena kualitas perahunya yang buruk, tetapi lebih disebabkan ketebatasan SDM.
Nelayan Pacitan tidak menguasai teknologi dan tidak terbiasa menangkap ikan berminggu-minggu di laut lepas.
Setelah perahu dicoba berulangkali melaut, hasilnya tetap minim. Mina Upadi terus merugi, uang koperasi yang dikumpulkan susah payah, habis untuk membiayai operasional kapal. Nelayan Wawaran akhirnya menyerah, tidak mampu lagi membeli solar, umpan, es bahkan merawat perahu. Berita terakhir, perahu bermesin marine engine itu dioperasikan nelayan Cilacap, Jawa Tengah. Menurut Kepala Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pacitan, I Ketut Suwena, kemampuan nelayan Pacitan memang terbatas, belum mampu mengoperasikan perahu berukuran lebih besar.
Padahal tidak lama lagi Pemerintah Kabupaten Pacitan akan mempunyai gawe. Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Temperan di Kecamatan Kebonagung menurut rencana akan diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun ini. Sejak dibangun tahun 2003 dan direncanakan selesai tahun 2008, PPI Temperan yang lokasinya tidak jauh dari Pantai Wisata Teleng Ria sudah menghabiskan biaya Rp 28,8 miliar dari Rp 108,4 miliar yang direncanakan. Tahun ini APBN kembali mengucurkan dana Rp 36 miliar, dari provinsi Rp 3 miliar dan dari dana alokasi khusus (DAK) non reboisasi sebesar Rp 3, 4 miliar. Dana tersebut untuk memacu pekerjaan agar pelabuhan layak beroperasi dan siap diresmikan presiden asal Pacitan itu. Ironi nelayan Wawaran yang tidak mampu mengoperasikan perahu di laut lepas, adalah miniatur dari kondisi nelayan di Jawa Timur pada umumnya. Prioritas pembangunan kelautan dan perikanan selama ini belum berpihak kepada peningkatan SDM nelayan. Membangun infrastruktur seperti pelabuhan lebih diutamakan. Kepentingan politik dan berujung asal bapak senang (ABS) cenderung menjadi dasar pertimbangan. PPI Temperan akan mempunyai nilai tambah jika SDM nelayan juga ditingkatkan. Gedung TPI, kolam labuh, break water dan bangunan dermaga serta pompa bensin khsusus nelayan (SPDN) semoga saja tidak menjadi sebuah monumen, prasasti peninggalan Kabinet Indonesia Bersatu.

KULINER IN PACITAN


Dalam upaya menarik arus wisatawan ke Kabupaten Pacitan Jawa Timur, Hadi Sokotjo, salah satu pengusaha asal Pacitan mengangkat wisata kuliner dari daerahnya sebagai daya tarik yang khususnya. Tak tanggung-tanggung, wisata kuliner yang ditawarkan adalah Soto dan Kupat Tahu Pacitan. Selain ada di pasar, soto dan kupat tahu Pacitan juga ditampilkan di Hotel Grand Hyatt, Jakarta.

Pacitan yang disebut sebagai Kabupaten "Seribu Goa", menurut Sukotjo, juga memiliki pantai indah yang berbentuk teluk. Daerah ini memang memiliki banyak gua yang menarik dikunjungi wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Namun berbagai tempat wisata itu kurang dikunjungi wisatawan karena kurangnya promosi yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata maupun Pemerintah Kabupaten Pacitan.

Salah satu upaya untuk "menjual" objek wisata di Pacitan, dia mencoba mempromosikan daerahnya, yakni melalui wisata kuliner, yakni soto dan kupat tahu, makanan khas dari Pacitan. Dia lantas menyatakan bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga menggemari makanan ini. "Tidak jarang kalau lagi berada di Pacitan, kota kelahirannya, Pak Bambang sering mencari soto dan kupat tahu," katanya.

Sukotjo mengakui, di Jakarta, selama ini memang sudah banyak orang menjual soto dari daerah lain, misalnya soto Betawi, soto Kudus, soto Lamongan, Banjar, atau soto Makassar. Ada juga kupat tahu dari Magelang. Tapi soto dan kupat tahu dari Pacitan diyakini mampu bersaing dengan makanan sejenis dari daerah lain.

Itu sebabnya dia berani menampilkan wisata kuliner ini di hotel bintang lima, tepatnya di Grand Cafi Hotel Grand Hyatt Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat. "Ternyata tamu hotel banyak yang menyukai soto dan kupat tahu Pacitan. Banyak yang antre, bahkan pernah habis sebelum cafi tutup malam hari," ujarnya sambil menambahkan 3 orang koki sengaja didatangkan khusus dari Pacitan.

Hal ini juga dibenarkan oleh Manager Grand Cafi, Hadi Juwono. Meski baru pertama kali ditampilkan di kafe papan atas, ternyata masakan khas Pacitan itu mampu menyedot perhatian pengunjung untuk menikmatinya. "Bukan hanya orang kita, bule pun banyak yang menyantap soto dan kupat tahu Pacitan," ujarnya.

Dikatakan, masakan tradisional itu disediakan tak jauh dari masakan Barat dan Asean yang ada di cafi. Sejak Agustus ini pihak hotel memang secara rutin menyajikan masakah khas daerah secara bergantian. "Setelah soto dan kupat tahu Pacitan mungkin akan ada lontong Medan dan soto Banjar," ujarnya seraya menambahkan, penyajian masakan khas Pacitan berakhir 28 Agustus yang lalu.

Rabu, 02 Juni 2010

UPACARA CEPROTAN


Upacara adat Ceprotan yang sudah menjadi tradisi masyarakat Pacitan khususnya masyarakat Desa Sekar Kecamatan Donorojo selalu dilaksanakan tiap tahun pada bulan Dzulqaidah (Longkang), Hari Senin Kliwon. Acara ini dimaksudkan untuk mengenang pendahulu Desa Sekar yaitu Dewi Sekartaji dan Panji Asmorobangun melalui kegiatan bersih desa. Upacara ini diyakini dapat menjauhkan desa tersebut dari bala dan memperlancar kegiatan pertanian yang merupakan mata pencaharian utama bagi kebanyakan penduduknya. Lokasi upacara Ceprotan yaitu di Desa Sekar, Kecamatan Donorojo, Kota Pacitan, dan jaraknya kurang lebih 40 km ke arah barat dari pusat kota.
Upacara adat ini dimulai dengan pengarakkan kelapa muda yang digunakan sebagai alat “ceprotan” menuju tempat dilaksanakannya upacara yang biasanya berupa tanah lapang. Kelapa-kelapa ini ditempatkan pada keranjang bambu dengan anyaman yang jarang-jarang dan dibawa oleh pemuda setempat.
Sebelum acara dimulai, tetua adat membacakan doa-doa. Upacara dilanjutkan dengan ditampilkannya sendratari yang menceritakan antara pertemuan antara Ki Godeg dengan Dewi Sekartaji. Kemudian pemuda-pemuda ini dibagi menjadi dua kubu yang ditempatkan secara berseberangan. Keranjang berisi kelapa muda yang telah dikuliti dan direndam selama beberapa hari agar tempurungnya melunak, diletakkan di depan masing-masing anggota kubu yang telah berjajar dengan posisi menghadap ke arah kubu lawan. Antar kedua kubu ini diberi jarak beberapa meter sehingga mereka tidak berhadapan secara langsung dan di antara mereka diletakkan sebuah ingkung atau ayam utuh yang dipanggang.
Setelah semuanya siap, anggota dari kedua kubu mulai saling melempar kelapa muda yang berada di depan mereka. Setiap orang yang terkena lemparan hingga kelapa yang dilemparkan pada mereka pecah dan airnya membasahi tubuhnya dianggap sebagai orang yang kelak akan mendapatkan rezeki yang melimpah.
Ayam panggang yang diletakkan di tengah-tengah arena tidak diperebutkan melainkan disimpan untuk dimakan bersama-sama pada akhir acara. Setelah semua kelapa habis, kegiatan saling melempar kelapa yang dinamakan ceprotan ini diakhiri dengan pembacaan doa kembali.
Belakangan, dalam festival budaya yang digelar tiap tahun dalam rangka menyambut ulang tahun Kabupaten Pacitan, pada penutupan acara ceprotan ini juga dilakukan tarian-tarian singkat yang mengiringi kepergian pemuda-pemuda yang telah melakukan ceprotan.
Sendratari yang ditampilkan pada awal acara menceritakan tentang pertemuan antara Ki Godeg dengan Dewi Sekartaji. Menurut kepercayaan masyarakat Donorojo, Ki Godeng merupakan orang pertama yang membuka atau istilahnya “membabad” wilayah itu yang semula berupa hutan belantara. Ki Godeng merupakan nama lain dari Panji Asmorobangun, seseorang yang sakti mandraguna dari daerah Kediri. Karena keuletan dan keahlian dari Ki Godeg tersebut, wilayah yang semula berupa hutan belantara berhasil diubah menjadi lahan pertanian.
Suatu ketika, beliau bertemu dengan dua orang wanita yang sedang menempuh perjalanan. Kedua wanita tersebut sebenarnya adalah titisan dewi yaitu Dewi Sukonadi dan Dewi Sekartaji. Mereka beristirahat di wilayah yang telah dibabad Ki Godeng. Salah satu dari dewi tersebut yaitu Dewi Sekartaji merasa kehausan. Karena merasa kasihan, Ki Godeg menawarkan diri untuk mencarikan minuman bagi dewi tersebut.
Dewi Sekartaji kemudian meminta air kelapa muda untuk mengobati dahaganya. Sayangnya, di wilayah tersebut tidak terdapat pohon kelapa sama sekali. Namun demi mememenuhi permintaan dari Dewi Sekartaji, Ki Godeg melakukan matekaji atau menggunakan ilmunya untuk masuk ke dalam tanah guna mencari kelapa muda di tempat yang cukup jauh. Tempat dimana Ki Godeg masuk ke dalam tanah berubah menjadi sumber mata air, kemudian tempat beliau keluar dari tanah juga menjadi mata air yaitu di daerah Wirati, Kecamatan Kalak. Mata air tersebut dinamakan Kedung Timo. Setelah beliau menemukan pohon kelapa, Ki Godeg memanjat dan mengambil kelapa mudanya, lalu kembali lagi ke tempat semula dimana Dewi Sekartaji menunggu beliau. Tempat beliau keluar dari tanah saat kembali juga menjadi mata air. Dewi Sekartaji yang kehausan segera meminum air dari kelapa muda yang dibawakan oleh Ki Godeg.
Sisa dari air kelapa muda yang tidak habis diminum oleh Dewi Sekartaji ditumpahkannya di tempat dewi tersebut berdiri. Air kelapa yang menyentuh tanah seketika menjadi sumber air yang hingga sekarang dikenal sebagai Sumber Sekar. Dewi Sekartaji kemudian berpesan pada Ki Godeg, jika kelak tempat tersebut menjadi pemukiman agar dinamai Desa Sekar. Untuk pemuda yang ingin ngalap berkah untuk mencari sandang pangan, disuruhnya menggunakan cengkir yang dalam Bahasa Indonesia adalah kelapa muda. Hari terjadinya peristiwa tersebut adalah Senin Kliwon pada bulan Longkang atau Dzulqaidah.
Kelapa muda yang digunakan sebagai alat utama dalam upacara ini merupakan cengkir yang dimaksud oleh Dewi Sekartaji dalam legenda di atas. Makna simbolik dari cengkir ini terletak pada kepanjangan dari cengkir menurut orang Jawa yaitu ceng-cenge pikir. Jadi, merujuk dari pesan Dewi Sekartaji bahwa untuk pemuda yang ingin ngalap berkah untuk mencari sandang pangan, disuruhnya menggunakan cengkir atau ceng-cenge pikir artinya mengandalkan daya pikir atau otaknya.
Kemudian mengenai acara saling melempar kelapa muda, mengandung makna saling membantu dalam mencari rezeki dalam memenuhi kebutuhan hidupannya. Ayam bakar utuh (ingkung) yang berada di tengah arena upacara menyimbolkan rejeki yang harus di usahakan atau dicari oleh para pemuda
Selain nilai kebudayaan dan sejarah, upacara adat Ceprotan sekaligus legenda yang melatarbelakanginya sarat dengan nilai-nilai lain yang harus kita cermati dan dapat kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pertama mengenai kegigihan Panji Asmorobangun atau yang dikenal sebagai Ki Godeg dalam usaha-usahanya membuka dan membangun suatu wilayah di Pacitan yang kini dikenal dengan nama Desa Sekar, Kabupaten Donorojo menjadi daerah pertanian. Daerah ini sebenarnya merupakan daerah yang tandus mengingat kandungan kapur dalam tanahnya yang cukup tinggi. Namun kini wilayah tersebut menjadi salah satu penghasil padi dan kelapa yang cukup diperhitungkan di Kabupaten Pacitan.
Kedua mengenai kebaikan hati beliau menolong orang yang kesusahan yaitu dalam legenda ini Dewi Sekartaji, serta pengorbanan yang dilakukannya. Kemudian mengenai pesan yang disampaikan oleh Dewi Sekartaji pada generasi muda yaitu untuk mengandalkan pikirannya dalam mencari penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidup. Pesan ini sangat perlu kita terapkan dalam kehidupan kita saat ini. Sudah seharusnya generasi muda membekali dirinya dengan ilmu pengetahuan serta keterampilan agar dapat mencapai kesejahteraan bagi dirinya dan orang lain di sekitarnya.
Nilai lainnya yang dapat diambil dari kegiatan ini adalah mengenai ingkung yang di sediakan di tengah arena. Ingkung ini memang seolah menjadi sentral dari Upacara Ceprotan karena melambangkan rezeki yang dicari. Namun ingkung tersebut tidak diperebutkan. Hal ini menunjukkan bahwa kita memang harus berusaha optimal dalam meraih apa yang kita inginkan tetapi jangan sampai melanggar hak dan kepentingan orang lain.
Doa pada awal dan penutupan upacara juga memiliki nilai tersendiri, bahwa kita harus memulai dan mengakhiri setiap usaha-usaha yang kita lakukan dengan doa. Dengan doa yang melambangkan pengharapan dan kepasrahan kita terhadap Sang Pencipta, kita harus meyakini jika usaha yang kita lakukan sedah maksimal, Tuhan akan membalasnya dengan hasil memuaskan.
E. Prospek Nilai dalam Kehidupan Nasional
Nilai-nilai dalam Upacara Adat Ceprotan tersebut tentu memiliki prospek dalam kehidupan nasional. Pertama adalah masalah keyakinan kita terhadap Tuhan. Kegiatan doa pada awal dan penutupan upacara yang melambangkan pengharapan dan kepasrahan kita terhadap Sang Pencipta, mengingatkan bahwa kita harus memulai dan mengakhiri setiap usaha-usaha yang kita lakukan dengan doa.
Disadari atau tidak, masyarakat Indonesia yang terkena imbas globalisasi dan meningkatnya tekanan hidup terutama di bidang ekonomi, kebanyakan menjadi semakin sekuler. Mereka bersusah payah mengejar tujuannya namun lupa berdoa untuk meminta bantuan, rahmat, serta restu dari Sang Penguasa Alam. Saat mereka mendapatkan apa yang dicita-citakan, mereka lupa bersyukur pada Kekuatan Tak Terlihat yang menuntun dan memudahkan jalan mereka dalam proses pencapaian tersebut. Sedangkan jika mereka gagal, orang-orang tersebut akan menggerutu pada Tuhan. Mereka mengalihkan kekecewaannya dan mencoba menutupi kegagalan yang sebenarnya bersumber dari diri mereka sendiri dengan menyalahkan Penciptanya.
Selanjutnya mengenai sikap gemar menolong yang rupanya saat ini ikut menghilang dalam diri bangsa Indonesia bersama hilangnya butir-butir Pancasila dari bagian resmi lima sila tersebut dan dihapuskannya pembelajaran mengenai butir-butir Pancasila dalam kurikulum resmi pelajar. Manusia-manusia yang menjadi komponen bangsa ini tampaknya lebih senang saling menuding atas kerusakan-kerusakan serta kesulitan di berbagai sektor yang dialami oleh negara. Jika sikap saling menolong ini saja sudah langka, apalagi pengorbanan yang dibutuhkan untuk menjadikan bangsa ini menjadi lebih baik. Saat ini hal tersebut seperti sebuah fairy tale atau impian belaka.
Kemudian intisari dari upacara tersebut yaitu mengenai cengkir atau ceng-cengan pikir. Bangsa ini membutuhkan otak-otak yang siap diperas untuk memikirkan banyak hal demi terwujudnya solusi konkret demi terciptanya Indonesia yang lebih baik. Generasi muda yang menjadi fokus utama, harus giat menuntun ilmu pengetahuan, bukan hanya untuk formalitas, gelar, ataupun merencanakan masa depannya sebagai keryawan melainkan lebih dari itu yaitu untuk mewujudkan lapangan-lapangan kerja, inovasi-inovasi dan kreativitas tingkat tinggi yang diperlukan untuk mengangkat kesejahteraan, harkat, serta martabat bangsa ini.
Lalu mengenai ingkung yang telah disinggung beberapa kali. Detail kecil ini juga menyumbangkan nilai yang berprospek dalam kehidupan nasional. Kita diingatkan agar dalam usaha-usaha pencapaian tujuan, kita tidak boleh saling sikut. Fenomena negatif ini telah mewarnai berbagai aspek kehidupan sehari-hari di Indonesia. Mulai dari bidang politik, sosial, ekonomi, bahkan agama.
Secara utuh, upacara ini mengajak generasi penerus bangsa ini untuk menengok ke belakang, melihat dan meneladani apa yang telah dilakukan oleh para pendahulu kita dan menerapkannya dalam kehidupan masa kini. Dimulai dari perilaku pribadi hingga sikap berbangsa dan bernegara dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

TIWUL KHAS PACITAN


Sambel trasi dengan lalapan daun kemangi, kemudian dicampur dengan lauk tempe goreng, dengan satu porsi nasi thiwul, uenak banget rasnya. siang itu, ketika sedang terik – teriknya di kampung halaman tidak ada hal yang mampu menandingi kenikmatan bersantap ria dengan nasi thiwul. Sebenarnya, nasi yang sudah jarang sekali dinuikmati oleh masyarakat Pacitan ini adalah merupakan maskan khas daerah pacitan sejak dulu. Namun, karena mungkin beberapa faktor, nasi thiwul kini sudah jarang dijumpai da daerah pacitan. Selain itu mungkin anggapan orang – orang tentang nasi Thiwul yang sering diasumsikan dengan makanan kampung, ndeso, dan makanan rakyat susah karena dahulunya beras mahal hanya orang kaya bisa makan nasi. Nasi Tiwul adalah hasil olahan dari tepung ubi kayu (cassava) melalui proses tradisional, yaitu tepung cassava ditambahkan air hingga basah dan dibentuk butiran-butiran yang seragam dengan ukuran sebesar biji kacang hijau dan dikukus selama 20-30 menit.
Tiwul adalah makanan pokok sebagai pengganti beras yang berasal dari singkong. Disaat musim kemarau, berbondong-bondong petani menanam singkong, hal ini dikarenakan tanah mereka sulit untuk mendapatkan air disaat musim tersebut. Daripada tanah dibiarkan kosong mlompong, lebih bermanfaat ketika mereka menanaminya dengan ketela. Setelah ketela dipanen, umur sekitar 60 sampai 90 hari, kulit ketela dikupas. setelah itu dikeringkan. Jadilah gaplek yang bisa disimpan sampai berbulan bulan. Para petani tidak akan khawatir jika kemarau panjang melanda selama mereka masih meyimpan gaplek dirumahnya. dari gaplek itulah dijadikan tiwul, makanan khas gunungkidul. Memang kandungan kalori tiwul masih tidak bisa menandingi beras, namun cukup memenuhi sebagai bahan makanan pengganti beras.Konon nasi tiwul bisa mencegah penyakit maag,perut keroncongan dan lain sbg-nya. Cita rasa gaplek sangat khas dan unik.

Selasa, 25 Mei 2010

DENAH WISATA

GOA JURUG JARAN


keistimewaan Pacitan yang dikenal sebagai negeri seribu goa. Kabupaten ini memiliki goa-goa yang indah, di antaranya Goa Tabuhan, Goa Kalak, dan Goa Luweng Jaran, yang disebut-sebut sebagai kompleks goa terluas di Asia Tenggara. Daya tarik goa tersebut yang menjadi target tim ekspedisi.

Jumat, 21 Mei 2010

HOTEL


Srikandi Hotel
Jl. A. Yani No. 67 Pacitan
Telp. : 62-357-

Pacitan Hotel
Jl. A. Yani No. 37 Pacitan
Telp. : 62-357-881224

Permata Hotel
Jl. Gatot Subroto No. 26 Pacitan
Telp. : 62-357-

Bali Asri Hotel
Jl. A. Yani No. 69 Pacitan
Telp. : 62-357-


Remaja Hotel
Jl. A. Yani No. 67 Pacitan
Telp. : 62-357-881188

Sidomulyo Hotel
Jl. P. Sudirman No. 25 Pacitan
Telp. : 62-357-881207

Wijaya Hotel
Jl. P. Sudirman No. 41 Pacitan
Telp. : 62-357-881128

Happy Bay Beach Bungalows
Cheerful Teleng Coast is Sub-District Sidoarjo, Pacitan
Telp. : 62-357-881474

TRANSPORTASI






Ibukota Kabupaten Pacitan terletak 101 km sebelah selatan Kota Madiun. Terminal utama adalah terminal Arjowinangun. Akses jalan timur (dari Ponorogo & Madiun) yang cukup banyak tikungan tajam masih menjadi kendala utama transportasi, sementara akses jalan barat ke arah jawa tengah ada 2 pilihan, yaitu melewati jalur selatan dengan rute lebih panjang namun jalan relatif lebar atau melewati rute Sedeng dengan jarak tempuh lebih pendek namun harus melewati tanjakan sedeng barata(desa sedeng)yang cukup tajam, sehingga bus besar tidak memungkinkan lewat jalur ini. Untuk anda yang ingin mencoba rute ini, diingatkan agar kendaraan anda dalam kondisi prima.

Rute terjauh dari akses jalur timur adalah ke Surabaya yang dilayani bus besar patas AC, namun dalam 1 hari hanya ada 2x pemberangkatan dari dan ke Pacitan. Rute selanjutnya adalah Ponorogo - Pacitan dilayani bus 3/4, armada tipe ini cukup banyak sehingga dalam 1 hari lebih dari 5 pemberangkatan bus dari terminal Arjowinangun.

Rute barat (ke surakarta) dilayani bus AKAP dengan jumlah yang cukup banyak, namun hanya beroperasi dari jam 05.00 hingga 17.00, sementara dari surakarta dilayani 24 jam. Untuk rute barat yang lewat Sedeng hanya dilayani kendaraan umum tipe kecil seperti colt dan carry dengan pemberhentian terakhir di Kecamatan Punung.

PERTANIAN





Kabupaten Pacitan merupakan kabupaten yang kaya akan sumber daya alam. Sebagian besar penduduknya bekerja pada sektor pertanian. Tahun 2008, produksi tanaman pertanian di Kabupaten Pacitan ada yang mengalami kenaikan ada juga yang mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Dari 57 jenis tanaman yang ada, sebanyak 54,39 persen mengalami kenaikan jumlah produksi, sedangkan sisanya 45,61 persen mengalami penurunan jumlah produksi.

Selain pertanian, juga terdapat tanaman perkebunan. Tahun 2008, jumlah produksi tanaman perkebunan fluktuaktif. Dari 17 jenis tanaman, sekitar 64,71 persen mengalami kenaikan jumlah produksi di bandingkan tahun 2007, sisanya 35,29 persen mengalami penurunan jumlah peroduksi dari sisi pendapatan petani perkebunan. Jumlah pendapatan petani perkebunan, jumlah pendapatan petani perkebunan tahun 2008 mencapai 205,645 milyar rupiah atau mengalami kenaikan sebesar 11,48 persen dibandingkan tahun 2007. Bila dibandingkan dengan tahun 2006, jumlah ini mengalami peningkatan sebesar 12,71 persen.

Kabupeten Pacitan memiliki potensi perikanan laut yang baik. Tahun 2008. Jumlah produksi perikanan darat hanya 10,16 persen saja dari seluruh produksi perikanan Kabupaten Pacitan, Sisanya berasal dari produksi ikan laut yang mencapai 89,84 persen. Jumlah produksi perikanan darat sedikit mengalami penurunan dibandingkan tahun 2007 yang menurun sebesar 0,29 persen menjadi 388.814 kg. Meskipun dari sisi jumlah produksi mengalami penurunan, tetapi dari sisi penjualan mengalami kenaikan sebesar 18,13 persen menjadi 4,276 milyar rupiah.

Untuk perikanan laut, jumlah produksi dan nilai penjualanya mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah produksi mengalami kenaikan sebesar 10,40 persen menjadi 3.438.472kg dan nilai penjualan mengalami kenaikan sebesar 62,69 persen menjadi Rp 48.138.608.000,00.

Topografi Kabupaten Pacitan sebagian besar berupa pegunungan dan bukit. Hal ini menyimpan potensi hutan yang cukup besar. Dari hutan ini akan dihasilkan berbagai jenis kayu yang tidak hanya diminati oleh masyarakat sekitar tetapi juga diekspor keluar Kabupaten Pacitan. Hutan di Kabupatan Pacitan terbagi menjadi hutan produksi yang luasnya mencapai 87,79 persen dari luas hutan yang adda, sedangkan sisanya 12,21 persen adalah hutan lindung. Produksi hasil hutan Kabupaten Pacitan diantaranya kayu jati, kayu sengon laut , kayu akasia, kayu mahoni, kayu pinus, kayu sono, bamboo dab gmelina. Selama tahun 2008, produksi terbesar adalah kayu sengon laut sebesar 120.011,06 m3 dengan nilai 90,01 milyar rupiah . Disusul dengan produksi kayu jati sebesar 40.615,90 m3 dengan nilai 75,14 milyar rupiah, dan yang paling sedikit yaitu gmelina yag produksinya hanya 20,50 m3 dengan nilai 15,38 juta rupiah.

Peternakan yang ada di Kabupaten Pacitan tidaklah sebesar pertaniannya. Populasi ternak baik ternak besar, ternak kecil maupun ternak unggas bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya mengalami kenaiakn di tahun 2008, hanya ternak kerbau saja yang mengalami penurunan sebesar 56,70 persen. Demikian juga untuk produksi dging, kulit dan telur yang mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2007, masing-masing meningkat sebesar 3,114 persen, 16,29 persen dan 4,20 persen

Rabu, 19 Mei 2010

PLTU SUDIMORO





PACITAN - Pembangunan sekitar 160 titik tower Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Sudimoro, disoal. Pembangunan tower bertegangan 150 KVA untuk menyalurkan aliran listrik dari PLTU Sudimoro ke gardu induk Nanggungan (Pacitan) itu disinyalir belum dilengkapi ijin. ''Kami sudah memanggil dua orang pelaksana lapangan PT Persi, yang menangani proyek tower itu,'' kata Kasi Penyelidikan dan Penindakan Satpol PP Pacitan Suwoto, kemarin (22/12).

Dia menjelaskan, apa yang dilakukan sebatas menjalankan tugas. Hal itu juga sesuai Perda No 5/2007 tentang ijin mendirikan bangunan (IMB). Dalam perda itu, ada salah satu klausul yang menyatakan bentuk pembangunan, baik perorangan, swasta dan sebagainya, harus memiliki ijin. Minimal ada ijin prinsip yang dikeluarkan bupati. ''Mereka mengaku belum memiliki ijin dan butuh waktu tiga hari untuk mengurusnya,'' jelas Suwoto.

Lebih lanjut, Suwoto mengungkapkan, saat ini petugas pelaksana lapangan juga akan mencari petunjuk terkait hal itu. Apakah ijin (IMB) tersebut sudah melekat (PT PLN) atau menjadi tanggung jawab rekanan (PT Persi). Sebab, keberadaan pelaksana lapangan hanya sebatas masalah teknis di lapangan. ''Kami juga akan klarifisikasi ke PT PLN Jawa Timur di Surabaya,'' imbuh Suwoto.

Saat ini PT Persi sudah mulai menyelesaikan tahapan-tahapan pembangunan tower. Kegiatannya masih sebatas membuat pondasi tower. Jika semua pondasi selesai dikerjakan, baru akan dimulai pemasangan tower SUTT tersebut.

Secara terpisah, Kepala UPJ PT PLN Pacitan Moh Chamim menjelaskan, pihaknya sudah pernah ditanya dari pihak perijinan terkait pembangunan tower SUTT PLTU Sudimoro. Sepengetahuannya, selama ini pemasangan tower PLN di Indonesia tidak dikenakan IMB. ''Sesuai kesepakatan bersama menteri, aturannya memang begitu. Tidak ada IMB pmasangan tower PLN,'' kata Chamim, kemarin (22/12).

Hanya, terkait hal itu pihaknya tidak terlibat secara langsung. Sebab, masalah pemasangan tower SUTT tersebut menjadi tanggung jawab Proyek Pembangkit dan Jaringan (Pekitring) Jawa Timur di Surabaya. Karena itu, persoalan tersebut bisa langsung diklarifikasi ke Surabaya. ''Idealnya memang ada ijin prinsip dari Bupati Pacitan,''

PANTAI KAYAR






Apa sih yang terkenal dari kota Pacitan selain goa? pastinya pantai. Minggu lalu saya sempatkan untuk menyusuri pantai-pantai yang ada di kota Pacitan.

Awalnya saya ingin menyewa sebuah ojek untuk saya berkeliling menyusuri pantai karena saya melakukan perjalanan sendirian tapi teman merekomendasikan untuk naik mobil saja karena jalur yang dilalui lumayan jauh dengan jalan yang tidak begitu bagus.

Dengan sebuah mobil pick up (yah saya menyewa sebuah mobil pick up) akhirnya saya berkeliling menyusuri pantai-pantai di Pacitan. Tujuan utama adalah Pantai Klayar dan karena pantai ini searah dengan Pantai Srau dan Watu Karung jadi sangat sayang untuk dilewatkan.

Pantai Srau::
Pantai Srau berada di Desa Srau Kec.Pringkuku Kab.Pacitan. Perjalanan ke pantai ini ditempuh sekitar satu jam melalui sebuah jalan yang berliku masuk ke hutan jati dan rumah pedesaan dimana air sangat berharga disini karena saya melihat banyak warga yang antri air.

Tidak ada sarana transportasi menuju tempat ini. Setelah hampir satu jam perjalanan akhirnya saya sampai juga ke sebuah pantai yang dikelilingi oleh bukit karang yang hijau dengan pasirnya yang putih sekali. Tapi sayangnya pantai ini seperti tempat pembuangan sampah soalnya banyak sekali sisa sampah yang terbawa arus laut berhenti dipantai ini. Sayang sekali pemerintah lokal kurang memperhatikan ini padahal masuk ke pantai ini dipungut retribusi sebesar Rp. 2000/org dan Rp.2000 untuk kendaraan beroda empat.

PANTAI SRAU


Terletak 25 km dari kota Pacitan, tepatnya di Kecamatan Pringkuku. Disamping kita dapat menikmati keindahan pantai, juga dapat menikmati pancing samodera.

MONUMEN JENDERAL SUDIRMAN


Monumen ini terletak di Dusun Sobo, Desa Pakis Baru, Kecamatan Nawangan yang berjarak kurang lebih 45 kilometer ke arah utara dari Kota Pacitan.

Monumen itu tadinya adalah sebuah rumah yang dipergunakan sebagai Markas Gerilya oleh Jenderal Sudirman selama 3 (tiga) bulan, dalam mengatur dan mengendalikan Perang Gerilya di tahun 1949.

Kolam Renang Anak






Kolam Renang Anak di Kabupaten Pacitan


Pemandian air panas ini menyimpan berbagai khasiat dan manfaat karena mengandung belerang, dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Terletak di Kecamatan Arjosari, kurang lebih 15 Km dari kota Pacitan. Dapat ditempuh dengan kendaraan roda 2 maupun roda 4.

wisata industri

Objek Wisata Industri yang ada di Kabupaten Pacitan adalah :

* Pasar Batu Mulia
* Handycraft (Wood, Grabah, Batik)
* Sekolah Menengah Industri Kerajinan (Handycraft Industry High School)

Selasa, 18 Mei 2010

PUTING BELIUNG


Seperti tidak pernah berhenti dari bencana, setelah banjir dan tanah longsor kini giliran angin puting beliung terjang Pacitan. Sejumlah rumah di dua Desa yakni Sirnoboyo dan Arjowinangun Kecamatan Pacitan rusak dihempas puting beliung, Selasa (18/5/2010) malam. Kondisi paling parah terjadi Dusun Suruhan dan Ngemplak. Kendati tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut namun kerugian ditaksir mencapai puluhan juta rupiah


Selain akibat terhempas angin yang kencang, kerusakan rumah warga juga disebabkan tertimpa pohon tumbang. Bahkan ada beberapa rumah yang mengalami rusak parah dan nyaris ambruk. Kuatnya hempasan angin disertai hujan lebat sempat membuat aliran listrik mati.

Dijelaskan kepala desa Sirnoboyo Arifin, malam itu juga warga bersama aparat kepolisian dan pemerintah desa masih melakukan evakuasi. korban yang rumahnya rusak untuk sementara ditampung di tempat tetangga terdekat.Pihak PLN juga berusaha menghidupkan aliran listrik yang mati.

Minggu, 16 Mei 2010

KAMBING BERKAKI TIGA


Lahirnya seekor kambing betina dengan tiga kaki di Pacitan seolah menjadi tontonan baru. Rasa penasaran warga bahkan mampu mengalahkan beratnya medan menuju rumah Suwito (28), yang berada di puncak Gunung Celeng.

Ratusan orang mendatangi rumah pemilik kambing berkaki 3 di RT 1 RW 1 Dusun Krajan, Desa Ploso, Kecamatan Tegalombo. Mereka rela berjalan di jalan setapak dengan medan menanjak sejauh lebih dari 2 kilometer.

Diantara mereka yang datang umumnya sekedar ingin tahu. Namun tak sedikit pula yang bermaksud membeli hewan langka itu untuk dipelihara dan dijadikan tumbal. Bahkan konon ada yang berani menawar hingga puluhan juta rupiah.

“Kabarnya ada yang datang dengan membawa uang,” ungkap Hasbul, seorang pengunjung.

Menanggapi hal itu pemilik kambing menegaskan tidak akan menjual hewan langka tersebut meskipun ditawar dengan harga tinggi. Pasalnya, kasus semacam itu termasuk langka. Apalagi sebelum bayi kambing lahir pemilik sempat mendapat firasat melalui mimpi.

Bukan itu saja, Suwito (28), pemilik ternak bahkan berniat memeliharanya hingga dewasa dan tidak akan memberikannya kepada siapa pun. Ia meyakini lahirya bayi kambing dengan tiga kaki di rumahnya akan mendatangkan rezeki bagi keluarganya.

“Ini adalah berkah. Jadi, saya tidak akan memberikannya kepada orang lain,” tegasnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, seekor kambing berjenis kelamin betina lahir dengan tiga kaki di Pacitan. Bayi kambing langka itu lahir bersama seekor kambing lain dari satu induk. Hingga Selasa (12/1/2010) sore puluhan warga sekitar masih menyaksikan hewan yang dianggap langka itu.

Sabtu, 15 Mei 2010

PACITAN PENUH WISATA

Wisata

Tempat Wisata di Pacitan :
1. Pantai Teleng Ria Beach
2. Pantai Srau Beach
3. Pantai Sidomulyo Beach
4.Gong Cave
5. Goa Tabuhan
6. Monumen Jenderal Sudirman
7. Upacara Ceprotan

Jumat, 14 Mei 2010

WISATA GUA GONG PACITAN



PACITAN SERIBU GUA

Pacitan - ''Kabupaten Seribu Goa',' memiliki banyak goa di antara gugusan pegunungan kapur. Padang gersang yang ternyata menyimpan panorama bawah tanah yang menakjubkan.

Pegunungan di Pacitan adalah rangkaian pegunungan tandus di mulai dari Kebumen Jateng (Pegunungan Sewu), terputus di Wates Jogjakarta, dilanjutkan di Gunung Kidul (Yogyakarta) hingga Pacitan, Ponorogo, Trenggalek dan terus ke Malang dan Jember. Bukit2 diwilayah ini ujungnya berbentuk kerucut, berlipat2, ada pula yg spt tempurung kelapa. Di permukaannya terhampar tanah yang kering tandus yg ditanami sinkong, ubi kayu dan pohon jati.

Gua di Pacitan lorongnya panjang, stalak tit dan mit nya begitu tipis, tembus pandang sinar lampu dan selalu meneteskan air. Kain gordennya (shawl drappery) tinggi membentang, menuntun Anda untuk mengagumi ciptaan yang Maha Sempurna. Ketika anda turun kedalam perut bumi, anda akan ternganga, karena di depan mata terhampar ruang amat luas, kolom2nya tinggi seperti istana Romawi. Jika lampu dipadamkan, anda terdiam, suara titik air nya terkesan begitu teratur dan ritmis, seolah dentingan suaranya yang memancarkan energi magis yang memancar dari kegelapan.

Punung, Donorejo, Pacitan, 140 km selatan kota Solo. Melalui jalan pegunungan yg sepi dan mulus, lokasi tsb. dapat dicapai kurang dari 3 jam dari Pusat Kota Solo. Anda tak akan menyesal dgn harga karcisnya yg 2,500 rupiah per orang. Khususnya utk sebuah kunjungan di perut bumi yg mengesankan. Dari kunjungan gua di berbagai tempat, gua Pacitan ini masih yg terbaik dan paling menarik utk dinikmati.